Assalamualaikum
hmm…. masih teringat bayang-bayang kemarin, sungguh hari yang menyenangkan. Sudah beberapa minggu tak pulang, akhirnya kemarin pulang juga. Yah walau hanya sebentar di rumah, tetapi mungkin kemarin bisa dibilang hari yang penuh dengan senyuman walau sempet ngerasa ga enak karena ulah keponakan kecilku yang manjanya ga ketulungan.
Ba’da subuh aku meluncur ke kos arief, minjem motornya yang akan aku pakai untuk pulang ke rumah. Setelah itu aku ke MQI minjam SIM dan KTPnya si abu. Buat apa? Ya karena aku belum punya SIM dan KTPnya untuk penambah alibi aja :D.
Jam stengah tujuh pagi sudah standby di Masjid Agung Manunggal Bantul, menunggu teman tuk menjelajah Jalan Daendles sepanjang Bantul – Kulon Progo. Aku sempat terkesan dengan ornamen di langit-langit pendopo/balai masjid.
Jam 7.15 perjalanan pulang ke rumah dimulai. Sempat mau nyasar ke Pantai Samas karena dah 1 tahunan tak lewat jalan itu. Akhirnya menyisiri Jalan Daendles, lurus tanpa banyak kelokan sampai Kulon Progo. Sempat melambat saat melihat jajaran teratai merah di pinggir sungai, indah. Kulihat ada sosok yang ngiler saat melihat teratai itu. huehehehe. Dialah mi, tukang nyidam teratai :p.
Alhamdulillah sekitar jam 9 sampai di rumah dengan selamat. Santai, tidak ada gejolak. Tapi sepertinya sebuah hati di seberang bergejolak hebat :D. Seperti mimpi mi? Di interogasi? Ah, tidak kan?! Hanya obrolan-obrolan ringan dengan Ibu dan Bapak. Apalagi saat makan bareng :D, tampak akur ya, seperti anak dan ibu.
Dan si riska, ponakan gendutku yang merengek, huh. Selalu seperti itu kalau aku pulang. Manjanya… Namanya juga anak kecil. Tapi sepertinya si riska dapat teman baru kemarin 🙂 Saat di tanya teman barunya namanya siapa, makhluk kecil berbadan hampir bulet itu hanya menjawab “ee….”.
Sempat mengunjungi rumah simbah. Menengok beliau yang selalu menanyakan kepulanganku, seperti ibuku :). Kulit yang sudah mengeriput, tidak seperti saat 19 tahun lalu. Masih teringat jelas, si Adi kecil dalam gendongan kain jarik beliau. Dilantunkan geguritan sampai Adi kecil yang sedang menangis terlelap.
Alhamdulillah, semua orang hari itu tersenyum 🙂 Tandanya apa mi? hehehe. Ya, semua tersenyum, termasuk riska dan kecuali riska di akhir-akhir adegan di rumah. Rewel, bawel, minta balik ke pantai, mau lihat buah naga. Padahal pas di pantai sudah melewati kebun buah naga.
Maghrib sampai di Jogja, menyempatkan diri berbuka di pinggir jalan kota Jogja. Bakso dan STMJ menu petang itu. Setelah sholat Maghrib, rencana ingin segera mengakhiri petualangan, tetapi ternyata klimaksnya baru saja di mulai.
Saat ingin menghampiri motor yang sedang diparkir, ada sesosok perempuan berjilbab lebar memanggil mi. Mi teriak, aku bingung. Aku pikir teman atau ustadzahnya, tapi ternyata kakak perempuannya, mbak Herin. Duerr….. Lengkap dengan suaminya, mas Andi dan si kecil syauqi. Sempat mengobrol dengan mas andy dan mbak herin plus syauqi, sebuah keluarga harmonis menurutku.
Gerimis malam itu akhirnya mengakhiri petualangan yang penuh dengan senyuman. 16 Maret 2010 yang berkesan.
duileh, gaya penulisannya dibuat sastrawi nieh yeych. dua jam perjalanan dari jogja, hmmmm. mirip-mirip dengan ane tuh gan. ane 1,5 jam kalo naek motor dari kosan untuk pulang ke rumah.
he, mengalir aja jadinya seperti itu kang. bawaan lahir mungkin
Wah dah jadi sastrawan mas skr! hehehe
tak pikir riska it anak, trnyata keponakan toh
maunya siapa. hehehe
16 Mei kayana bakal ada event neeh