Ibu, Darimu Aku Belajar Menyayangi

Assalamualaikum.
Ibu, banyak kenangan indah kala bersama ibu. Saat kecil anak ini sering kena marah ibu, memang bandel mungkin ya. Hii…. jadi inget dulu saat kena marah ama ibu aku cuman bisa nangis ngebelakangi ibu. Ibu juga ikut ngebelakangi aku :p. Lama-lama aku mundur-mundur sampe punggungku nyentuh punggung ibu, lalu ibu berbalik dan memelukku. Akhirnya sesengukan di pelukan sang bunda.
Aku sempat tinggal bersama simbah saat masih balita. Ibu sibuk mencari nafkah buatku bersama bapak. Mungkin daripada dirumah tidak ada yang ngurus akhirnya aku tinggal di tempat simbah. Seperti curhatan seorang blogger sebelah yang tidak ingin jadi pns, khawatir anak-anaknya tidak terurus.hehehehe. Entah berapa lama aku ga tau. Sebenarnya di rumah ada tetangga yang sering mengasuh aku dan kakakku saat kecil. Sampe kami kompak memanggilnya simbok, sampai sekarang tetap memanggil seperti itu. Tapi aku lebih bahagia bersama simbah daripada “simbok”. Simbah, ibu dari ibuku. Guru yang mengajari ibuku tentang kasih sayang yang ditularkannya kepadaku.
Tadi sempet baca thread di forum sebelah tentang sms dari ibu. Kalau versiku telepon dari ibu :), ya karena ibuku ga bisa smsan. Maklum, dari segi pendidikan formal mungkin ibu2 kalian lebih beruntung. Ibu yang selalu telepon saat ada gempa, angin besar, hujan, kangen, sakit. Saat ibu ngerasa ga enak. Kadang menanyakan kabar, menanyakan sudah makan belum, jangan tidur malam-malam, besok beli obat. Ya walau sekarang ada juga selain ibu yang sering berkata-kata seperti itu juga, tapi ibu tetaplah ibu, tak bisa tergantikan dengan yang lain :). Semoga anakmu ini bisa benar-benar berbakti kepadamu.

Kata-kata yang masih terngiang dari ibuku:
“Mengko dibaleni meneh yo” (nanti diulangi lagi ya)
kata ibu saat membersihkan badan adi balita. Dulu lagi asik-asik maen di pinggir kolam ikan dibelakang rumah. Tengkurap dengan kepala menghadap ke kolam. Pinggiran kolam cuman pake tanah dan konturnya miring. Lupa dulu pengen ngambil apa di pinggir kolam yang akhirnya membuatku terjebak, tengkurap dipinggir kolam, mundur ga bisa, maju nyemplung kolam :)). Akhirnya teriak-teriak sampai ibuku mengangkatku lalu membersihkan tubuhku.

“Kudu oleh gawean disik lagi nikah” (harus punya kerjaan dulu baru nikah)
Saat aku nyindir-nyindir kalau kakaknya temenku abis nikahan. Kata-kata yang membuat mulutku bungkam

“mamak ki pingine kowe urip kepenak. Cukup aku karo bapakmu wae sing tau ngerasa’ke rekoso” (ibu itu pengennya kamu hidup enak, cukup aku sama bapakmu saja yang pernah ngalamin sengsara)
Saat berdiskusi tentang pekerjaan.

“Ora ono popo, mung kangen wae pengen krusu suaramu” (tidak ada apa-apa, cuman kangen saja pengen dengar suaramu)
Ditelepon saat jarang pulang.

“Ora bali ora popo, sing penting apik-apik wae nang kono, krungu suaramu wes cukup nang” (Tidak pulang tidak apa-apa, yang penting baik-baik saja di sana, dengar suaramu saja sudah cukup nak)
Ditelepon juga saat jarang pulang.

“Mamak ki nek pas mangan kelingan kowe terus. Anakku wes mangan durung” (ibu tu saat makan keinget terus sama kamu. Anakku sudah makan belum)
Akhir bulan !_!